Peluang dan Tantangan Santri di Era Digital

Dokumentasi Hapla dan Syukuran Pontren Al-Furqon tahun 2015: Pengucapan Ikrar santri oleh Angga, dengan poin terpenting menjaga nama baik almamater (Al-Furqon)
Dokumentasi Hapla dan Syukuran Pontren Al-Furqon tahun 2015: Pengucapan Ikrar santri oleh Angga, dengan poin terpenting menjaga nama baik almamater (Al-Furqon) dimanapun berada. (Sumber: Istimewa)

Santri kata yang memiliki makna dan imajinasi luar biasa dipikiran setiap orang. Ada pendapat bahwa santri adalah remaja pesantren memakai sarung, pandai mengaji, sopan, ramah. Serta selalu identik dengan sarung dan kopiah. Katanya santri kumpulan remaja kurang update (kudet) berbagai informasi. Bahakan sedikit terisolasi dari dunia yang katanya penuh dengan keramaian. Suasana pesantren itu sepi, bahkan kendaraan berlalu lalang pun tak terlihat dikawasan mukim santri. Kehidupan yang mereka jalani jauh dari alat komunikasi serta tak ada televisi.

Kata mereka jadi seorang santri itu tidak bebas bahkan seperti dirantai, sesungguhnya mereka tak pernah tau nikmatnya menjadi seorang santri. Mungkin ada banyak imajinasi orang tentang gambaran, keadaan dan kondisi santri.


Suasana penginapan (Pondok) santri yang dibangun mandiri oleh orangtua yang menitipkan anaknya di Al-Furqon. Santri harus pandai memasak sendiri guna melatih kemandirian selama pendidikan dan dapat diterapkan ketika merantau diluar.
Suasana penginapan (Pondok) santri yang dibangun mandiri oleh orangtua yang menitipkan anaknya di Al-Furqon. Santri harus pandai memasak sendiri guna melatih kemandirian selama pendidikan dan dapat diterapkan ketika merantau diluar. (Dok. Oom Lim)

Tahukah kamu? Santri merupakan gelar yang tak akan mungkin dimiliki remaja-remaja se-usia mereka yang berada di sekolah umum. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa santri adalah remaja yang diberikan keistimewaan. Sebuah sebutan istimewah dan sekaligus menjadi beban berat untuk dipertanggungjawabkan.


Santri putri yang tengah menampilkan kesenian rebana pada hapla dan syukuran Al-Furqon Pampangan pada 2014
Santri putri yang tengah menampilkan kesenian rebana pada hapla dan syukuran Al-Furqon Pampangan pada 2014. (dok. Oom Lim)

Apa kabar santri hari ini? masihkah seperti dulu? Dunia dan teknologi sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Santri bukan hanya harus pandai mengaji, bahkan identik sarung dan kopiah. Pada saat ini teknologi sudah sangat dekat dengan kehidupan manusia. Sedangan mereka (santri) masih tak bisa mengoprasikan teknologi  informasi, terus bagaimana cara mereka menghadapi dunia kerja nanti? Lulus Madrasah Aliyah masih bisa belajar kok.

Seharusnya hal ini juga terpikir oleh kita semua. Meski pada dasarnya akhirat tetap sebagai tujuan utama.  Bahkan banyak pesantren yang sengaja menjauhkan teknologi yang katanya dapat merusak, mengganggu konsentrasi bahkan menghalangi aktivitas santri. Sangatlah ironi apabila hal demiakan menjadi pemikiran para pengasuh yang berada di pondok pesantren.


Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) memberi pelatihan komputer dan teknologi informasi (TI) kepada para santri Pondok Pesantren Raudhatul Qur’an Semarang. (doc. Jatengtoday)


Abad ke-21 merupakan tantangan santri di era digitalisasi. Sebab santri yang pandai mengaji juga harus mampu beradaptasi dengan lingkungan setelah mereka keluar nanti. Jangan sampai terkagetkan akan perubahan yang tak pernah disadari. Evolusi pada santri harus terjadi tetapi jangan sampai menghilangkan eksistensi santri itu sendiri, sehingga santri tidak akan terpinggirkan bahkan tersingkirkan.

Penggunaan teknologi komunikasi tidak harus dilakukan dalam kurun waktu setiap waktu, setidaknya satukali dalam seminggu lebih dari cukup. Teknologi komunikasi dan informasi bisa saja membuat mereka lengah, lupa bahkan terlena akan kewajiban mereka. Namun banyak cara agar mereka tak lupa akan kewajiban seorang santri. Pondok pesantren terkadang meliburkan santri pada hari Jumat, sebab dianggap sebagai hari ibadah, namun tidak sampai seharian penuh ibadah kan? Waktu siang bisa digunakan untuk kelas komputer yang dapat memberikan wawasan Information technology (IT) bagi para santri. Santri boleh dilarang menggunakan gaway, namun tidak untuk untuk pengoperasian komputer.


Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri mendorong pesantren memaksimalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajarannya. (doc. Okezone)


Pengalaman menjadi santri, banyak teman-teman gagap teknologi (gaptek). Terkadang pegang mouse (tetikus untuk komputer) tangannya gemetar, bahkan takut komputernya jadi rusak. Alangkah lucunya namun sebenarnya sangatlah miris. Terkadang untuk menghidupkan komputer masih bingung dan tidak mengetahui. Tombol mana yang harus ditekan? Serta rasa takut jika membuat kerusakan pada komputer. Semoga sekarang taidak lagi pesantren yang melarang santri menggunakan komputer.

Sudahkah teknologi informasi dan komunikasi ada disekitar lingkungan santri. Jangan anggap ini hanyalah permasalahan kecil. Sekarang adalah era dimana teknologi menjadi pelengkap kehidupan. Segala bidang kehidupan, pekerjaan bahkan administrasi sudah sangat membutuhkan orang yang bisa mengoperasikan teknologi komunikasi dan informasi. Jika santri bisa menggunakan teknologi tersebut, akan ada banyak keuntungan yang akan didapatkan.


Kegiatan rutin tahunan Pontren Al-Furqon Pampangan: Suasana Manasik Haji, dilakukan agar santri dapat belajar bacaan-bacaan ketika akan melakukan ibadah haji yang sesungguhnya
Kegiatan rutin tahunan Pontren Al-Furqon Pampangan: Suasana Manasik Haji, dilakukan agar santri dapat belajar bacaan-bacaan ketika akan melakukan ibadah haji yang sesungguhnya. (doc. Al-Furqon 2016)


Saat ini banyak perusahaan  mengeluhkan attitude (sikap) buruk dari para pekerja. Banyak pekerja yang tak peduli akan layanan yang berhubungan dengan kesopanan, tutur sapa, penghormatan,  bahkan keramahan terhadap orang yang berada diruang lingkup perusahaan. Attitude buruk tersebut akan membuat pandangan orang terhadap perusahaan menjadi kurang buruk pula.

Maka dari itu santri memiliki peluang besar untuk berada pada perusahaan yang membutuhkan sumber daya manusia berkualitas dan memiliki good attitude. Inilah tantangan santri saat ini, juga menjadi tantangan pengasuh pondok pesantren dimanapun. Sehingga bukan hanya sebuah tujuan akhirat yang ingin dicapai. Jika pondok pesantren bisa membuat keduanya tercapai. Maka santri lulusan pondok pesantren tersebut, bukan hanya memiliki kualitas baik secara akhirat tetapi juga dapat mengikuti perkembangan zaman. Karena tujuan manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.


Palembang, 02 Mei 2019



4 Komentar

  1. Keren artikelnya, jadi inget masa2 di pontren al-furqan pampangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih, semoga mengingatkan kembali kenangan yang telah lama terlupakan.

      Hapus
  2. sekarang banyak pondok yang mendampingi mata pelajaran agama dengan mata pelajaran umum, saya rasa ini malah lebih unggul dibandingkan sekolah biasa karena yang biasa kan cuma di mata pelajaran umum saja. seperti Gontor misalnya, yang udah terkenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah benar banget nih, sudah mulai banyak pesantren yang mengubah pola menjadi psantren modern. tetap mempertahankan budaya yang ada dalam kehidupan yang namanya menjadi santri. semoga semakin banyak pesantren modern yang melahirkan anak-anak bangsa yang terbaik.

      Hapus